WEELINGTON, KOMPAS.com - Beberapa ilmuwan Selandia Baru telah memperingatkan bahwa Kutub Selatan mencair lebih cepat daripada perkiraan.
Profesor
Peter Barrett dari Antarctic Research Center, Victoria University
mengatakan, jumlah es yang hilang mencapai 75 persen sejak 1996, dan
bertambah dengan cepat.
Hilangnya gletser di ujung Kutub Selatan
mengakibatkan kenaikan permukaan air laut 0,4 Mm per tahun, tambahnya
seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.
"Hilangnya es global
dari Greenland, Antartika dan gletser lain menunjukkan permukaan air
laut akan naik antara 80 centimeter dan 2 meter sampai 2100," kata
Barett.
Direktur pusat penelitian Profesor Tim Naish, yang
memimpin satu tim peneliti yang membor jauh ke dalam batu di Kutub
Selatan dan menemukan catatan kuno dari yang terakhir bahwa CO2 atmosfir
mencapai tingkatnya sekarang.
Mereka mendapati, 3 juta sampai 5
juta tahun lalu, permukaan air laut cukup hangat untuk mencairkan
banyak bagian es Kutub Selatan ketika CO2 atmosfir hanya sedikit lebih
tinggi dibandingkan kondisinya hari ini.
Naish mengatakan es di
bagian barat Antartika akan mencair sebelum lapisan es yang lebih besar
di bagian timur Kutub Selatan karena es itu berada di bawah permukaan
air laut dan menghangat bersama dengan air samudra.
Namun, ia
mengatakan penelitian tersebut mengangkat pertanyaan yang tak terjawab
mengenai berapa banyak CO2 atmosfir perlu naik untuk mencapai temperatur
sampai 2 derajat celsius atau lebih.
Kondisi CO2 di atmosfir
sekarang berjumlah 387 bagian per juta, naik dari sebanyak 280 bagian
per juta pada awal Revolusi Industri.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa meninggalkan comment anda disini.
Setiap comment dari anda sangat berarti bagi saya. Terima kasih.